Memahami Kebebasan Finansial Menurut Islam

5/5 - (5 votes)

Tokobuku.co.id – Beberapa orang berpendapat bahwa kebebasan finansial adalah sebuah keadaan ketika seseorang tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya meski ia tak bekerja lagi. Artinya ia tetap memiliki penghasilan walau tak bekerja. Atau mungkin ketika lanjut usia.
Maka dari itu, muncul pendapat lain bahwa kebebasan finansial hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memiliki privilage harta berlimpah. Yang penghasilannya bermilyar-milyar.
Padahal belum tentu seperti itu. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menikmati kebebasan sosial. Sekalipun penghasilannya pas-pasan.
Lalu beberapa orang mulai bertanya-tanya. Jika memang benar begitu, sebenarnya bagaimana sih kebebasan finansial menurut Islam?
Jika dilihat dari kacamata agama. Tentu kebebasan finansial memiliki sudut pandang yang berbeda. Dilihat dari kacamata Islam, semua orang bisa memiliki kesempatan bebas finansial.
Sebab menurut Islam, finansial, harta, uang, aset atau mungkin investasi bukan tujuan. Akan tetapi ia adalah jalan. Kacamata Islam memandang muslim memiliki kebebasan finansial apabila ia memandang finansial dengan poin-poin di bawah.

Baca Juga: 7 Kesalahan Berjualan di Instagram dan Cara Memperbaikinya

Berikut ini kebebasan finansial menurut Islam yang wajib dipahami bersama:

1. Harta Adalah Sebuah Jalan, Bukan Tujuan

Seperti yang sudah disinggung di pembukaan tulisan ini. Bahwa bagi seorang muslim, uang adalah jalan, bukan tujuan. Ia hanya merupakan sarana untuk menuju kepada tujuan yang lebih hakiki. Yaitu tujuan untuk lebih dekat dengan rahmat Allah Swt.
Ia tak setiap hari bekerja hanya sekadar mengumpulkan harta. Namun, bekerja sebagai bentuk usaha untuk memperoleh rezeki. Memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika kebutuhan hidupnya seperti makan misalnya. Terpenuhi. Maka tentu memiliki kekuatan untuk beribadah kepada Allah Swt.
Ia percaya. Setiap makhluk yang ada di muka bumi ini sudah memiliki jatah rezeki masing-masing. Mau banyak, mau sedikit, seorang muslim yang baik selalu merasa cukup.
Setelah berusaha, barulah kemudian tawakal. Berpasrah bahwa semua yang diberikan Allah adalah yang terbaik.
Jadi, jika seseorang telah berusaha, berpasrah dan kemudian menerima dengan lapang. Dan tak bergantung kepada uang, dia sudah termasuk bebas finansial.

2. Mampu Berbagi Berarti Bebas Finansial

Dari artikel tentang tolak ukur kebebasan finansial secara umum, pernah disinggung sedikit. Bahwa seseorang dikatakan bebas finansial ketika ia mampu berbagi.
Dalam hal ini, seorang muslim bebas finansial ketika ia sering berbagi, bersedekah. Sebab ada sebuah kutipan yang mengatakan, jika kita ingin menabung dan tak akan hilang, ialah sedekah.
Sebaliknya. Jika seseorang yang hartanya berlimpah. Uang miliyaran, mobil berjajar, emas beratus karat dan sebagainya. Jika ia tak pernah berbagi, bersedekah kepada orang-orang yang lebih berhak. Itu namanya ia tak bebas dari finansial.
Kesimpulannya adalah, muslim yang paling bebas secara finansial adalah muslim yang sering berbagi. Menyadari bahwa harta hanya titipan. Bukan milik.

3. Menyadari Rezeki Jaminan Untuk Orang Bertaqwa

Banyak sekali bentuk rezeki. Di dalam Qur’an juga tercantum berjenis-jenis rezeki. Nah, untuk yang satu ini, jenis rezekinya adalah rezeki yang tak terduga-duga. Rezeki yang datang dari arah yang tak disangka-sangka.
Untuk mendapatkan rezeki seperti ini, seorang muslim harus menanamkan satu prinsip baik di dalam hidupnya. Adalah ia yang bertaqwa. Artinya ia menjalankan segala perintah Allah, pun menjauhi segala larangan Allah.
Jika ia bertaqwa dan kemudian berpasrah, tentu jaminan untuknya adalah jalan keluar dari segala tertutupnya pintu rezeki yang sebelumnya belum terbuka. Dan sekali lagi, datang dari arah yang tak terduga-duga.
Jika seseorang percaya dengan jaminan Allah semacam ini, ia tentu tak akan was-was dan khawatir esok hari tak bisa makan. Sebab keperluan hidup seperti makan, uang, sandang dan papan telah Allah sediaka Allah.
Jadi, sebenar-benar kebebasan finansial bagi seorang muslim salah satunya adalah ia yang taqwa, pasrah dan percaya bahwa semua telah dijamin oleh Sang Pencipta.

Artikel Lainnya: 7 Kesalahan Berjualan di Instagram dan Cara Memperbaikinya

4. Cara Melipatgandakan Rezeki

Jika dalam kacamata umum memberi artinya mengurangi harta, justru dalam kacamata Islam memberi artinya melipatgandakan harga.
Islam memberikan konsep dan cara mudah untuk melipatgandakan rezeki. Dan ini ampuh sekali. Adalah dengan berbagi, bersedekah. Jadi tak perlu bekerja terlalu keras untuk mendapatkan uang. Bahkan sampai nekat mengganda-gandakan uang dengan cara menciptakan riba.
Pernah mendengar, ketika kita membantu orang lain, nanti Allah yang akan menggantinya berkali lipat kepada kita?
Nah, itulah konsep melipatgandakan rezeki dalam Islam. Matematika itu perhitungannya jika 1-1 sama dengan nol. Justru dalam penghitungan Islam, 1-1 sama dengan 2. Atau bisa sampai 5,6,7 bahkan 100.
Untuk bersedekah pun dalam Islam tak hanya dalam bentuk harta. Bisa juga tenaga, mungkin?

5. Berdagang Adalah Sembilan Dari Sepuluh Pintu Rezeki

Dalam Islam, pekerjaan yang sunnah dilakukan adalah berdagang. Ini bukan berarti pekerjaan lain tidak sunnah, ya.
Ini disebabkan karena dulu Rosul melakukan perdagangan. Jadi, memang salah satu cara ampuh bagi seorang muslim agar bebas finansial adalah dengan cara melakukan perdagangan atau bisnis.
Misalnya saja. berjualan kopi, membangun bisnis kafe, berdagang baju dan sebagainya. Sebab sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada pada perdangan.
Menjadi pengusaha artinya menjadikan kita sebagai investor/pemodal.
Demikianlah pembahasan tentang kebebasan finansial menurut Islam. Bagaimana kondisi finansialmu saat ini? Dan seperti apa kamu menyikapinya? Semoga, kita termasuk manusia yang memiliki cara pandang seperti yang sudah dijelaskan tadi.

Artikel Terkait: 6 Ciri Tercapainya Kebebasan Finansial yang Bisa Dirasakan